MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Penilaian Prestasi
Disusun Oleh :
Kelompok 8
1.Dhea Oktavianda (21215807)
2. Jefry Elisa ()
3. Yesika Yosefia (27215236)
Kelas 4EB19
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
2018
A. PENGERTIAN PENILAIAN PRESTASI
KERJA
Penilaian Prestasi Kerja (PPK) adalah “suatu cara
dalam melakukan evaluasi terhadap prestasi kerja para pegawai dengan
serangkaian tolak ukur tertentu yang obyektif dan berkaitan langsung dengan
tugas seseorang serta dilakukan secara berkala”.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh French (1986), PPK
pada dasarnya merupakan kajian sistematik tentang kondisi kerja pegawai yang
dilakukan secara formal. Menurut French, kajian kondisi kerja ini haruslah
dikaitkan dengan standar kerja yang dibangun, baik itu standar proses kerja
maupun standar hasil kerja. Tidak kalah pentingnya, organisasi harus
mengkomunikasikan penilaian tersebut kepada pegawai yang bersangkutan.
Dengan demikian sasaran yang menjadi obyek penilaian
adalah kecapakan/kemampuan pegawai melaksanakan suatu tugas/pekerjaan yang
diberikan, penampilan atau perilaku dalam melaksanakan tugas, sikap dalam
menjalankan tugas, cara yang digunakan dalam melaksanakan tugas, ketegaran
jasmani dan rohani di dalam menjalankan tugas, dan sebagainya.
Penilaian atau investasi kerja juga sering dilakukan
secara informal oleh supervisor atau atasan terhadap bawahannya. Bedanya,
penilaian yang informal tersebut adalah spontanitas dari supervisor atau atasan
dan tidak dirancang secara khusus sebagimana halnya PPK. Selain itu penilaian
atau evaluasi kerja secara informal cenderung lebih ke arah memperbaiki
pekerjaan keseharian dari pada penilaian terhadap kemampuan atau perilaku kerja
pegawai. Sedangkan PPK adalah kajian kondisi pegawai dengan rancangan dan
metode khusus.
B. BEBERAPA TUJUAN PENILAIAN PRESTASI
KERJA
PPK dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Beberapa
Tujuan Umum penggunaan PPK dalan organisasi industri maupun non indutri adalah
:
1.
Peningkatan imbalan (dengan system merit),
2. Feed
back/umpan balik bagi pegawai yang bersangkutan,
3.
Promosi,
4. PHK
atau pemberhentian sementara,
5. Melihat
potensi kinerja pegawai,
6. Rencana
suksesi,
7.
Transfer/pemindahan pegawai
8.
Perencanaan pengadaan tenaga kerja
9.
Pemberian bonus
10.
Perencanaan karier
11. Evaluasi
dan pengembangan Diklat
12.
Komunikasi intenal
13. Kriteria
untuk validasi prosedur suksesi
14. Kontrol
pengeluaran.
Secara garis besar terdapat dua Tujuan Utama PPK,
yaitu :
a.
Evaluasi terhadap tujuan (goal) organisasi, mencakup :
1)
Feedback pada pekerjaan untuk mengetahui di mana posisi mereka.
2)
Pengembangan data yang valid untuk pembayaran upah/bonus dan keputusan
promosi serta menyediakan media komunikasi untuk keputusan tersebut.
3) Membantu
manajemen membuat keputusan pemberhentian sementara atau PHK dengan memberikan
“peringatan” kepada pekerja tentang kinerja kerja mereka yang tidak memuaskan.
(Michael Beer dalam French, 1986)
b.
Pengembangan tujuan (goal) organisasi, mencakup :
1)
Pelatihan dan bimbingan pekerjaan dalam rangka memperbaiki kinerja dan
pengembangan potensi di masa yang akan datang.
2)
Mengembangkan komitmen organisasi melalui diskusi kesempatan karier dan
perencanaan karier.
3)
Memotivasi pekerja
4)
Memperkuat hubungan atasan dengan bawahan.
5)
Mendiagnosis problem individu dan organisasi.
C. OBYEK PENILAIAN PRESTASI KERJA
1. Hasil
kerja individu
Jika mengutamakan hasil akhir, maka pihak manajemen
melakukan penilaian prestasi kerja dengan obyek hasil kerja individu. Biasanya
berlaku pada bagian produksi dengan indikator penilaian output yang dihasilkan,
sisa dan biaya per-unit yang dikeluarkan.
2.
Perilaku
Untuk tugas yang bersifat instrinsik, misalnya
sekretaris atau manajer, maka penilaian prestasi kerja ditekankan pada
penilaian terhadap perilaku, seperti ketepatan waktu memberikan laporan,
kesesuaian gaya kepemimpinan, efisiensi dan efektivitas pengambilan keputusan,
tingkat absensi.
3. Sifat
Merupakan obyek penilaian paling lemah dari kriteria
penilaian prestasi kerja karna tidak dapat dihubungkan dengan hasil tegas yang
positif .
D. PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA
1.
Terhadap Individu
Hasil PPK dapat berpengaruh positif maupun negatif
terhadap moral kerja pekerja. Hal ini dimungkinkan mengingat peranan hasil PPK
yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan manajemen SDM.
Cara pandang pegawai terhadap PPK dan penggunaan
hasil PPK menentukan positif atau negatif pengaruh PPK pada pegawai yang
bersangkutan. Sebagai contoh, jika PPK lebih dipandang sebagai kritik dari pada
pertolongan perusahaan terhadap pegawai. Maka PPK akan menumbuhkan rasa
“was-was” pada diri pegawai yang bersangkutan saat dilakukan PPK atau penerapan
hasil PPK. Perasaan was-was ini pada gilirannya akan menurunkan semangat kerja.
Sebaliknya jika PPk lebih dipandang sebagai pertolongan atau pemberian
kesempatan pengembangan diri dari pada kritik, maka PPK akan membuat pegawai
yang bersangkutan bertambah giat dan selalu berupaya mengembangkan
kreativitasnya di dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dengan demikian sisi pandang atau interprestasi
pegawai terhadap PPK merupakan hal yang mendasari baik buruknya akibat
perubahan sikap/moral pekerja setelah menerima hasil PPK. Karenanya pemilihan
metode yang tepat dengan tolok ukur yang tepat serta waktu yang tepat merupakan
kunci yang dapat mengeliminir kecurigaan pegawai terhadap subyektivitas penilai
saat melakukan PPK.
2. Terhadap
Organisasi
PPK mempengaruhi orgnisasi, khususnya pada proses
kegiatan SDM. Sebagaimana halnya dengan pengaruh PPK terhadap individu,
informasi hasil penilaian merupakan umpan balik sukses tidanya fungsi
personalia. Besar kecilnya pengaruh PPK pada organisasi tergantung sedikit
banyaknya pada informasi yang didapat dari hasil PPK tersebut. PPK yang
komprehensif dapat menghasilkan informasi yang cukup. Informasi yang bisa
didapat antara lain rekrutmen, seleksi, orientasi, kebutuhan diklat dan sebagainya.
Jika sejumlah besar pegawai menerima hasil PPK
dengan nilai buruk, maka dapat diduga kemungkinan adanya kelalaian atau
kesalahan program perencanaan SDM pada organisasi yang bersangkutan. Atau
kungkin hal tersebut terjadi akibat target goal yang ditetapkan terlalu tinggi,
sementara kemampuan pegawai dan/atau fasilitas yang ada pada organisasi
tersebut belum memungkinkan untuk mencapai target goal terebut.
Selain untuk mengevaluasi program manajemen SDM. PPK
juga dapat digunakan untuk mengembangkan SDM organisai seperti promosi,
kenaikan upah, bonus, pelatihan dan sebagainya. Dengan perkataan lain, hasil
Penilaian Prestasi Kerja dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengembangkan
SDM saat ini serta mengkaji kemampuan organisasi untuk menentukan kebutuhan SDM
di masa yang akan datang.
E. METODE PENILAIAN PRESTASI KERJA
Pendekatan yang dilakukan dalam penilaian prestasi
kerja pegawai sangat banyak. Dari sekian banyak metode yang digunakan dapat
dikelonpokkan menjadi dua bagian, yaitu 1) metode yang berorientasi masa lalu,
seperti : Skala Grafik dengan Rating,
Metode Ceklis (Checklist), Metode Essai, Metode Pencatatan Kejadian Kritis, dan
Metode Wawancara; dan 2) metode yang berorientasi masa depan, yakni penilaian
diri, tes psikologi, MBO, dan pusat penilaian.
a. Metode Penilaian Yang Berorientasi Masa
Lalu
1) Skala
Grafik Dengan Rating
Skala grafik dengan rating atau juga dikenal dengan
metode rating konvensional, adalah metode yang banyak digunakan. Terdapat
banyak versi tentang metode ini namun semuanya berfokus pada perilaku spesifik
atau karakteristik pegawai yang berkaiatan dengan kinerja kerja. Contoh skala
Rating dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dalam versi terbaru skala grafik
dengan rating perilaku spesifik pegawai diuraikan kembali berdasarkan perbedaan
tingkatan dan perbedaan departemen/bagian pekerjaan untuk masing-masing
karakteristik. Kelemahan metode ini adalah perilaku yang dinilai tidak spesifik
dan penilai cenderung memberikan nilai rata-rata.
2) Metode
Checklist
Metode checklist adalah metode PPK dengan cara
memberi tanda (V) pada uraian perilaku negatif atau positif pegawai/karyawan
yang namanya tertera dalam daftar. Masing-msing perilaku tersebut diberi bobot
nilai. Besarnya bobot nilai tergantung dari tingkat kepentingan perilaku
tersebut terhadap suksesnya suatu pekerjaan. Perhatikan contoh berikut :
Keuntungan dari metode ini mudah untuk digunakan dan
dapat menghindari kecenderungan pemberian nilai rata-rata atau pemberian nilai
karena kemurahan hati. Namun karena keharusan adanya relevansi antara item
perilaku yang terdaftar dalam penilaian prestasi dengan pekerjaan yang
dilaksanakan, maka dibutuhkan keahlian khusus untuk membangun sejumlah item
perilaku yang berbeda untuk jenis pekerjaan dan tingkatan yang berbeda. Oleh
karena itu dibutuhkan bantuan tenaga profesional yang andal di bidang ini.
Ketidakandalan dalam membuat item perilaku dan kesesuaian bobot nilai
masing-masing item dapat mengakibatkan ketidaksesuaian di dalam pemberian ukuran-ukuran
item. Akibatnya para supervisor kesulitan di dalam mengiterprestasikan
hasilnya.
3) Metode
Esai
Pada metode ini, penilai menuliskan sejumlah
pertanyaan terbuka yang terbagi dalam beberapa kategori. Beberapa kategori
pertanyaan terbuka yang biasa digunakan :
Ø Penilaian kinerja seluruh pekerjaan.
Ø Kemungkinan pekerja dipromosikan
Ø Kinerja kerja pegawai saat ini
Ø Kekuatan dan kelemahan pegawai
Ø Kebutuhan tambahan training
Pendekatan ini memberikan fleksibilitas pada penilaian
dengan tidak memasyarakatkan perhatian khusus pada sejumlah faktor. Di sisi
lain karena metode ini menggunakan pertanyaan yang sangat terbuka, maka penilai
akan kesulitan untuk membandingkan dan menilai jawaban-jawaban dari pertanyaan
tersebut. keberhasilan metode ini juga sangat tergantung pada kemampuan dan
kriativitas supervisor dalam mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban
yang benar-benar dapat mewakili kondisi pegawai yang dinilai.
4) Metode
Pencatatan Kejadian Kritis
Metode pencatatan kejadian yang kritis adalah
Penilaian Prestasi Kerja yang menggunakan pendekatan dengan menggunakan
catatan-catatan yang menggambarkan perilaku karyawan yang sangat baik atau yang
sangat buruk. Perhatikan contoh berikut :
5) Metode
Wawancara
Selain kelima metode di atas, PPK pegawai juga dapat
dilakukan dengan cara Wawancara. Maksud dari penggunaan cara wawancara ini
adalah agar pegawai mengetahui posisi dan bagaimana cara kerja mereka.
Selain itu wawancara juga dimaksudkan untuk :
Ø Mendorong perilaku positif.
Ø Menerangkan apa target/sasaran yang diharapkan dari
pegawai.
Ø Mengkomunikasikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan upah dan promosi.
Ø Rencana memperbaiki kinerja di masa yang akan
datang.
Ø Memperbaiki hubungan antara atasan dengan bawahan.
b. Metode Penilaian Yang Berorientasi Masa
Depan
1) Penilaian
Diri (self appraisal)
Metode
ini menekankan adanya penilaian yang dilakukan karyawan terhadap diri sendiri
dengan tujuan melihat potensi yang dapat dikembangkan dari diri mereka.
2) Tes
Psikologi
Biasanya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam, tes psikologi,
diskusi, review terhadap hasil evaluasi pekerjaan karyawan. Tes ini dilakukan
oleh psikolog untuk mengetahui potensi karyawan yang dapat dikembangkan dimasa
datang. Beberapa tes psikologi yang dapat dilakukan, seperti tes intelektual,
emosi, motivasi.
3)
Management By Objectives (MBO)
Management By Objectives (MBO) yang diperkenalkan
oleh Peter Drucker adalah sistem yang menggambarkan kajian tentang
target/sasaran yang hendak dicapai berdasarkan kesepakatan antara supervisor
dan bawahannya. Kajian tentang bagaimana baiknya bawahan berprestasi selalu
ditinjau ulang dan dilakukan secara periodik. Uji coba selalu dibuat untuk
menuliskan target/sasaran dari segi kuantitas. Para ahli percaya bahwa
target/sasaran dapat dan selayaknya ditetapkan secara kuantitatif.
4) Pusat Penilaian (Assesment Centre)
Merupakan lembaga pusat penilaian prestasi kerja,
dimana lembaga tersebut berfungsi melakukan penilaian prestasi kerja terhadap
karyawan suatu perusahaan.
F. PENILAI , VALIDITAS & RELIABILITAS
DALAM PPK
Sebagimana diungkapkan di atas, departemen SDM atau
personalia berperan di dalam membuat rencana rancangan, memilih metode yang
akan digunakan, serta memilih siapa yang akan menilai karyawan. Keputusan yang
diambil oleh Departemen SDM atau personalia sangat berpengaruh pada hasil PPK.
Rancangan yang salah dan/atau pemilihan metode serta penilai yang salah akan
mengakibatkan kesalahan informasi yang didapat dari hasil PPK. Dengan perkataan
lain, informasi hasil prestasi kerja dapat menjadi tidak absah (invalid) dan
tidak dipercaya (unreliable).Dengan demikian selain metode Penilaian Prestasi
Kerja yang digunakan, maka untuk mengembangkan atau merancang PPK perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Pemilihan Penilai, 2) Validitas
(benar) dan 3) Reliabilitas (dapat dipercaya).
a. Pemilihan Penilai
Memutuskan siapa yang akan mengevaluasi pegawai
adalah sesuatu yang sangat penting dalam merancang program penilaian prestasi.
Secara umum diakui bahwa penilaian oleh penyelia (supervisor) sangat dilakukan
dengan mengkombinasikan penilaian supervisor dan nonsupervisor. Langkah
tersebut diambil untuk menghindari subyektivitas dan/atau kesalahan yang
mungkin terjadi bila penilai hanya supervisor atau atasan pegawai yang
bersangkutan saja. Untuk DP3 pegawai negeri, penilai selain atasan langsung
juga atasan dari atasan pegawai yang bersangkutan.
Menurut French (1986) penilai dapat terdiri dari :
Ø Supervisor/atasan pegawai yang bersangkutan.
Ø Diri pegawai yang bersangkutan.
Ø Teman sekerja.
Ø Bawahan, dan
Ø Grup/kelompok, atau
Ø Kombinasi dari penilai-penilai di atas.
PPK pegawai yang dilakukan oleh atasan langsung
paling banyak dijumpai. Atasan merupakan orang yang diberikan otoritas formal
untuk melakukan penilaian. Atasan selalu memonitor kerja bawahannya serta
mengawasi pemberian imbalan yang diakibatkan oleh kinerja pegawai yang
bersangkutan. Secara khusus, atasan adalah orang dengan posisi terbaik yang
mengawasi kinerja bawahan serta menilai sejauh mana kinerja yang disajikan
sesuai dengan target/sasaran yang ditetapkan oleh unit kerjanya maupun
organisasi secara keseluruhan.
Pada beberapa organisasi, pegawai yang bersangkutan
menilai kinerja kerja dirinya sendiri (self evaluation). Pendekatan ini
dilakukan dalam kaitannya dengan upaya membangun moral karyawan. PPK oleh diri
sendiri dapat dikombinasikan dengan penilaian yang dilakukan oleh atasan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik. Pendekatan ini lebih menjurus pada penggunaan
metode MBO. Atasan dan pegawai yang bersangkutan secara independen melakukan
persiapan evaluasi kerja. Kemudian keduanya bertemu untuk mendiskusikan kajian
mereka. Setelah itu mereka melengkapi kajian tentang tanggung jawab mendatang,
perbaikan rencana, membangun aktivitas, tujuan karier dan ringkasan kinerja.
Satu keuntungan dari pendekatan ini adalah tersedianya basis untuk
mengklarifikasikan harapan dan persepsi pegawai yang bersangkutan dan atasan.
Penilaian oleh teman sekerja, meskipun tidak biasa
digunakan namun mempunyai kelebihan yaitu relatif lebih dipercaya (reliable).
Realibilitas ini didapat dari fakta di mana teman sekerja selalu berinteraksi
satu sama lain dalam kerja keseharian dan karena teman sekerja dianggap sebagai
penilai yang independen. Panilai oleh bawahan penting terutama yang berkaitan
dengan aspek kepemimpinan, karena bawahan adalah orang yang paling merasakan
dampak dari kepemimpinan atasannya. Sama halnya dengan penilaian yang dilakukan
oleh teman sekerja, panilaian oleh bawahan termasuk yang jarang digunakan.
Selain penilaian oleh atasan langsung, penilaian
yang dilakukan oleh grup merupakan pendekatan panilaian yang banyak digunakan.
Orang-orang yang terkumpul dalam grup penilaian ini adalah mereka yang
mengetahui materi serta metode penilaian yang digunakan yang dapat menyediakan
data yang lebih dari penilaian oleh atasan.
b. Validitas (absah)
Berkaitan dengan perancangan dan penggunaan metode,
maka absahan (validitas) merupakan sesuatu yang harus dipertimbangkan. Yang
dimaksud dengan keabsahan adalah bahwa nilai yang didapat oleh seseorag,
terkait dengan pelaksanaan pekerjaan atau dengan berbagai kriteria obyektif
lain yang telah ditentukan sebelumnya. Maksudnya data atau informasi yang
didapat harus aktual saat diperoleh. Sebagai contoh, prestasi kerja yang hanya
dinilai satu tahun sekali dan dilakukan pada akhir tahun, sedikit banyaknya
akan mengurangi keabsahan (validitas) panilaian karena kemungkinan besar, data
atau informasi perilaku dan ketrampilan yang didapat hanyalah terakhir.
c. Reliabilitas (dapat dipercaya)
Yang dimaksud dengan dipercaya (reliable) ialah
bahwa hasil yang diperoleh konsisten setiap kali diambil dari dan oleh orang
yang sama. Skor atau hasil penilaian tetap sama walaupun menggunakan metode
yang berbeda. Reliabilitas metode penilaian dapat ditingkatkan dengan melatih
penilai untuk dapat menilai secara lebih baik.
d. Peranan Departemen SDM
Departemen SDM dalam kaitannya dengan PPK berperan
sbb :
Merancang dan mengimplementasikan program Penilaian
Prestasi Pegawai.
Menentukan siapa yang akan menilai, dan metode apa
yang akan digunakan.
Memimpin sejumlah penelitian tentang cara atau
metode penilaian yang lebih bersifat adil (dapat dipercaya dan benar).
G. BERBAGAI KENDALA DALAM PENILAIAN PRESTASI
KERJA
1. Pemilihan
Metode Terbaik
Hingga saat ini tidak satupun dari metode panilaian
prestasi di atas dikatakan sebagai yang terbaik untuk semua kondisi dan sitasi
organisasi. Kondisi dan situasi yang berbeda menghendaki metode dan sistem yang
berbeda. Menurut French (1986), metode PPK yang terbaik tergantung pada :
a.
Pendekatan pada metode penilaian pada pekerjaan yang akan dinilai.
b. Variasi
faktor organisasi yang dapat menolong mengimplementasikan program penilaian
(Iklim organisasi, training prosedur penilaian, dan lain-lain).
2. Kesalahan Penilaian
Penilaian yang benar dan dapat dipercaya terutama
penting di dalam menggunakan kesempatan yang sama pada pekerja untuk
mendapatkan petunjuk pelaksanaan (Juklak) atau guidelines kerja. Sayangnya
supervisor dapat membuat kesalahan yang mengakibatkan peniaian menjadi kurang
benar dan kurang dapat dipercaya.
Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh penilai
berkaitan dengan faktor manusia, dimana penilai tidak dapat terlepas dari unsur
subyektif dalam manusia. Kesalahan tersebut di antaranya adalah :
a). Hallo
Effect dan Horn Effect
Dalam bab 3 telah dijelaskan bahwa pewawancara dapat
melakukan kesalahan yang disebut dengan halo effect dan horn ffect. Kesalahan tersebut
juga dapat dilakukan oleh penilai. Kesalahan halo effect sangat dimungkinkan
bila penilai terpesona oleh perilaku pegawai seperti penampilan atau
kepribadiannya. Kekaguman ini dapat menutup mata penilai terhadap kelemahan
pegawai yang lain. Sebaliknya bila pegawai membuat kesalahan kecil namun
membekas di hati penilai, maka bisa jadi nilai yang didapat hasilnya buruk
meskipun sesungguhnya ia memiliki prestasi lebih.
b)
Kecenderungan menilai rata-rata cukup atau menengah.
Kebanyakan penilai kurang berani mencantumkan nilai
yang rendah atau yang tinggi. Sikap ini merupakan cerminan sebagaimana umumnya
masyarakat dalam menilai. Penilaian yang tinggi dikhawatirkan akan menjadikan
pegawai sombong dan lupa diri, sebaliknya penilaian yang rendah dikhawatirkan
dapat menjatuhkan mental pegawai. Karenanya seringkali penilai mencantumkan nilai
rata-rata atau nilai tengah.
c) Karena
“kemurahan hati”
Subyektivitas lainnya adalah kemurahan hati. Banyak
penilai tidak tega mencatumkan nilai sebenarnya. Seringkali panilai
mencantumkan nilai katrol sebagai kemurahan hati. Ketidakberanian mencantumkan
nilai rendah selain karena khawatir akan menjatuhkan mental pegawai, juga
karena penilai khawatir disalahkan oleh organisasi. Karena bisa jadi rendahnya
nilai bukan semata-mata kesalahan pegawai tapi karena kesalahan panilai dalam
menilai (tidak valid dan tidak reliable) atau penetapan target yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
http://westalqornicenter.blogspot.co.id/2014/11/penilaian-kinerja.html
https://id.scribd.com/doc/296775867/Makalah-Penilaian-Prestasi-Kerja
http://becksunited.blogspot.co.id/2013/12/penilaian-prestasi-kerja.html
Wihh menarik banget artikelnya. For you information mungkin dapat menambahkan informasi lebih lengkap lagi Di Sini Kak
BalasHapus